Demi Masa [Al ‘Asr]


Al-'Asr (QS:103, 1-3)

Waktu, sesuatu yang ketika terlewat tidak akan pernah kembali lagi. Pergunakanlah ia dengan sebaik-baiknya. Sekarang ini, waktu terasa terlampau cepat berlalu. Sedetik – semenit – sejam – sehari – sebulan – setahun terlewati begitu saja –kadang– tanpa ada bekas, hanya memori sekilas yang kita ingat.

Semasa kecil, saya menandai waktu hanya berdasarkan waktu sholat (subuh dhuhur, asar, maghrib, dan isya). Subuh harus sudah bangun, melakukan beberapa kegiatan kemudian berangkat sekolah, main-main di sekolah sampai waktu menjelang dhuhur. Ketika dhuhur tiba biasanya sudah berada di rumah. Dhuhur sampai menjelang asar kalau tidak main-main di sawah mesti jalan-jalan ke kali atau main dengan teman di lingkungan rumah. Asar tiba, pulang untuk mandi dan main ke rumah pakdhe atau paklik kalau nggak di’paksa’ untuk membantu ibu memasak di dapur. Maghrib, ngaji Al qur’an sama bapak sampai menjelang isya. Habis isya ndengerin ngobrol ngalor ngidulnya bapak-bapak kalau mata sudah kriyip-kriyip ya langsung tidur.

Seingat saya segalanya berubah setelah televisi merajalela, tahun ketiga saya di sekolah dasar. Saya sudah  mulai mengenal cara membaca jam (telat yak? :-P). Ritme masih sedikit sama, namun ada perbedaan pada saat asar sampai isya. Terisi oleh tontonan televisi yang sangat melenakan. Waktu terasa semakin cepat saja kala itu. Tiap hari yang ditunggu sorenya saja –maklum ada kartun favorit waktu itu–. Semakin lama semakin berkembang apa yang dinamakan teknologi pertelevisian, semakin banyak channel, semakin banyak pilihan hiburan tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Sampai akhir SMA televisi merupakan perusak waktu terhebat bagi saya.

Masa kuliah, mulai mengenal yang namanya telekomunikasi jarak jauh –telepon dan internet via wap– waktu semakin terbunuh dengan hal-hal yang fana.. hahahaha bahasanya :-P. Berlanjut sampai sekarang, koneksi dengan dunia maya melimpah ruah, teknologi di genggaman, informasi berseliweran, hiburan bermacam-macam. Waktu semakin tidak terasa pergerakannya. Dan inilah sekarang umur saya sudah seperempat abad. Lebih banyak tahu tentang sesuatu dari yang namanya internet daripada dari buku ataupun pengalaman.

Tapiiii… rasanya kok saya lebih suka ketika waktu bergerak lambat yah?. Perasaan ini muncul ketika beberapa hari yang lalu kawasan tempat domisili saya mengalami pemadaman listrik. Tanpa listrik, segalanya melambat begitupula dengan waktu. Dia melambat dan menenangkan tiada ketergesaan.

Kembalikan waktu saya! ditambah dengan bonus-bonusnya yaaaa…

Sesungguhnya  manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran

Itulah janji Allah, yang terlebih dahulu Dia bersumpah demi masa (waktu)… saya tidak ingin merugi lebih banyak dengan menyia-nyiakan waktu –bangkrut dong nanti kalo ruginya kebanyakan– tapi yaaaa itu, sulit –bukan berarti tidak bisa– untuk merubah kebiasaan menjadi lebih baik.

Kebiasaan adalah sesuatu yg biasa dikerjakan;  ataupun pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yg sama; ataupun sesuatu hal yang dilakukan secara berulang-ulang.

*tulis asal tulis mengisi waktu agar bermanfaat

Yaa Allah… tetapkanlah saya menjadi orang yang beriman, dan selalu beramal saleh serta termasuk orang yang sabar… Amin.
Pos ini dipublikasikan di Personal. Tandai permalink.

2 Balasan ke Demi Masa [Al ‘Asr]

  1. adioksbgt berkata:

    wah…benar juga fi…sekarang waktu terasa cepat berlalu, lebih parahnya lg dengan hal-hal yg kurang bermanfaat. gimana ini…kepiye kie….gawe lorong waktu wae piye??kembali ke masa lalu…hehe..

    *
    begitulah adanya dunia ini mas, salah satu tanda kiamat koyone 🙂
    mung berharap bisa melambatkan metabolisme tubuh biar tidak ikut2an menggelinding bersama waktu
    ^__^ (omong opo sih)

  2. Anonim berkata:

    mati lmpi lagi

Tinggalkan komentar